Garudanetwork – Sebelum masuk ke ranah apa yang harus dilakukan orang tua ketika mendapati sang buah hati menjadi korban perundungan atau bullying, mari mengidentifikasi makna bullying melalui tiga karakteristik yaitu niat, pengulangan dan kekuasaan.
Pada dasarnya, seseorang yang melakukan bullying memang bermaksud untuk menyakiti orang lain baik melalui kekerasan fisik maupun verbal. Hal itu pun dilakukan secara berulang untuk menjatuhkan mental lawan sehingga menjadikan dia seorang yang berkuasa.
Anak-anak yang menjadi pelaku bullying biasanya mereka yang berasal dari status sosial lebih tinggi, atau mereka yang memiliki postur lebih besar, lebih kuat dan dianggap populer.
Sedangkan mereka yang rentan menjadi korban bullying adalah anak-anak dari komunitas terpinggirkan, entah dari keluarga kurang mampu, penyandang disabilitas atau anak-anak menurut si “penguasa” datang dari latar belakang lemah.
Tak hanya secara langsung, ternyata bullying juga sering terjadi di ranah online seperti media sosial, pesan instan whatsapp, email atau platform online apapun tempat anak-anak berinteraksi.
Lantas, bagaimana peran orang tua ketika anak menjadi korban perundungan atau bully?
Beri Tahu Anak Tentang Makna Penindasan
Tanamkan kepada anak bahwa konsep penindasan berarti yang lemah dipijak oleh yang kuat. Begitu mereka mengetahui apa itu penindasan, anak akan dapat mengidentifikasi dengan mudah apabila itu terjadi pada lingkungan sekitar. Baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Karena selama ini anak belum memahami tentang makna bullying dan menganggap bahwa penghinaan atau parahnya menyakiti secara fisik adalah hal yang wajar. Sehingga mereka yang ditindas merasa tidak sepatutnya menceritakan hal buruk apa yang sedang dialami.
Selalu Buka Komunikasi dengan Anak
Semakin sering orang tua berbicara kepada anak, semakin terbuka pula mereka atas apa yang dialami dalam sehari-hari. Tanyakan bagaimana hari anak selama di sekolah, adakah hal yang membuat mereka tidak nyaman, kesal, takut atau marah waktu di sekolah.
Jangan langsung dihakimi. Sebaiknya buka terus komunikasi sampai anak benar-benar menceritakan segalanya hingga membuka identitas pelaku yang membuat mereka takut dan tidak nyaman.
Peka Terhadap Kondisi Anak
Mungkin menjadi hal yang sulit bagi anak dalam mengutarakan apa yang ia alami selama di sekolah. Meski begitu, orang tua tetap wajib peka dan menyalakan radar curiga apabila ditemukan beberapa kondisi yang mencurigakan.
Seperti munculnya memar atau kebiruan pada badan anak, takut berangkat sekolah, sering gelisah dan cemas, memiliki sedikit teman di sekolah, menghindari situasi sosial, menjadi lebih sering meminta uang, prestasi akademis menurun, mejadi pribadi yang sangat tertutup, bersikap agresif dan tidak dapat mengontrol emosi hingga tanda yang mulai mengganggu fisik seperti sakit kepala, perut atau penyakit fisik lainnya.
Bicara dengan Guru atau Pihak Sekolah
Sampaikan kepada guru atau wali kelas tentang perubahan anak. Apabila anak sudah mulai terbuka bahwa dia mendapat perundungan, mintalah perwakilan dari sekolah sebagai penengah untuk bertemu dengan orangtua si perundung. Sampaikan kegelisahan sebagai sesama orang tua dan buat kesepakatan untuk tidak saling menyakiti.
Hadirkan juga psikolog anak sebagai penengah pada pertemuan tersebut.
Tingkatkan Kepercayaan Diri Anak
Tak ada salahnya membekali anak dengan pelatihan bela diri untuk langkah siaga apabila mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat tidak bersama orang tua. Bekali juga kepada anak untuk memiliki self boundaries dan sikap tegas pada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.
Penindasan melalui bullying dapat menimbulkan konsekuensi berbahaya dan berlangsung cukup lama bagi anak-anak. Selain berdampak pada fisik, hal pertama yang diserang dari perundungan adalah mental anak-anak.
Sebagai orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak dan mereka pun berhak atas lingkungan yang aman serta nyaman untuk belajar. Mari ajarkan anak-anak untuk menghargai orang lain dengan menjaga martabat sesama manusia.
Penulis: Alfinia