Garudanetwork – Dr. Rita Parmawati, seorang dosen di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), tengah menggagas terobosan baru dalam dunia pertanian dengan pengembangan pita mulsa organik.
Teknologi ini memanfaatkan limbah pisang, enceng gondok, dan daun paitan (crotalaria sp) untuk membentuk lembaran pita mulsa berukuran 25 cm yang bertujuan menghambat pertumbuhan gulma dan mengurangi laju evaporasi tanah.
Rita menjelaskan bahwa pita mulsa organik ini bukan hanya sekadar pengganti mulsa plastik yang tidak ramah lingkungan, tetapi juga memiliki potensi untuk memperbaiki kualitas tanah. Ketidakmampuan mulsa plastik terurai dengan baik dapat mengurangi produktivitas tanaman, meningkatkan resiko serangan hama, dan menimbulkan kontaminasi mikroplastik yang merugikan ekosistem.
Inovasi apik ini sedang dalam tahap uji coba di laboratorium dan telah memasuki fase sosialisasi dengan pemerintah setempat, serta kelompok tani di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur. Rita menjelaskan, pemilihan Malaka sebagai lokasi penerapan teknologi ini didasarkan pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan pertanian yang masih rendah di daerah tersebut.
Selain itu, Rita menyoroti masalah produktivitas padi yang mengalami penurunan sejak tahun 2020 hingga 2022, disertai dengan kendala pasokan benih padi dan masalah lain seperti gulma, evaporasi, suhu tanah, dan sistem irigasi yang masih menjadi perhatian serius.
Dalam upaya untuk mengatasi tantangan tersebut, Rita dan tim berencana melaksanakan produksi pita mulsa organik di lahan seluas 10 hektar di Malaka. Mereka bekerja sama dengan PT. Widjaya Teknik Indonesia (Witech) untuk memastikan proses produksi berjalan lancar dan efisien.
Selain pengembangan teknologi, Rita juga fokus pada aspek edukasi dan keberlanjutan. Masyarakat setempat akan diajarkan bagaimana cara pembuatan pita mulsa organik secara mandiri, mulai dari pengenalan bahan baku, proses pencacahan, pembuatan bubur pita, hingga pengeringan dan pengepresan.
Rita berharap bahwa teknologi ini dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian di Malaka pada tahun 2024 dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi ekonomi dan lingkungan lokal.