Garudanetwork – Penyakit rheumatoid arthritis (rematik) adalah gangguan autoimun yang menyebabkan peradangan jangka panjang pada sendi, biasanya dialami oleh lansia. Namun, orang dewasa dan remaja juga bisa mengalaminya. Untuk mengatasi masalah ini, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah menciptakan alat deteksi dini rematik berbasis analisis kuku.
Inovasi ini dikembangkan oleh Nuri Vhirdausia, Frenischa Yincenia W, dan Desta Karina dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, bersama Abi Mufid Octavio dan Muhammad Lutfi dari Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik.
Abi Mufid Octavio menjelaskan bahwa penyakit rematik pada tahap akut sulit disembuhkan dan dapat mengakibatkan kelumpuhan. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting. Alat yang mereka kembangkan telah diuji pada lebih dari 100 sampel dari berbagai usia, menunjukkan hasil yang positif.
“Kami menguji alat ini pada remaja, dewasa, dan lansia. Hasil deteksi dini kami kemudian diverifikasi dan menunjukkan efektivitas,” ujar Abi, Senin (12/08/24).
Alat ini bekerja dengan menganalisis kondisi kuku, seperti tekstur, ridging, kekuningan, kerapuhan, dan pendarahan serpihan—karakteristik yang sulit dilihat dengan mata telanjang. Jika alat mendeteksi indikasi rematik, hasil tersebut akan diteruskan untuk observasi lebih lanjut oleh dokter.
Abi juga mengungkapkan tantangan dalam pengembangan alat ini, yang memerlukan waktu lebih dari sebulan. Dengan biaya produksi sebesar Rp 7 juta, mereka berencana untuk memproduksi alat ini secara massal dan menjalin kerja sama dengan perusahaan untuk komersialisasi.
“Biaya produksi yang relatif kecil ini kami anggap sebanding dengan manfaat yang ditawarkan. Kami berharap alat ini dapat memperluas ragam inovasi dalam dunia kesehatan,” tambah Abi.
Dia berharap inovasi ini dapat membantu masyarakat dalam deteksi dini gejala rematik, sehingga pasien dapat segera mendapatkan penanganan medis yang diperlukan. Abi juga mengajak mahasiswa untuk terus berinovasi dan menciptakan produk-produk yang bermanfaat.
“Dahulu, banyak penemu inovasi yang masih muda. Anak muda kini juga bisa melakukan hal serupa. Jangan bosan berinovasi karena setiap inovasi memiliki manfaatnya,” pesannya.
Penulis: Yanto