Garudanetwork – Sebagai salah satu negara agraris dengan mayoritas penduduk menggunakan nasi sebagai makanan pokok utamanya, ketersediaan serta peningkatan volume produksi padi merupakan salah satu hal yang penting.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang terakhir diperbarui pada tanggal 1 Maret 2024 lalu, produksi padi di Indonesia dari 2020-2024 telah mengalami penurunan yang signifikan bahkan terendah dalam beberapa tahun terakhir. Tentunya hal ini merupakan kabar yang cukup mengkhawatirkan karena menggoyahkan swasembada pangan serta menurunkan ketahanan pangan negara.
Penurunan Produksi Padi
Dalam 4 tahun terakhir penurunan hasil produksi padi di Indonesia terlihat jelas, dengan puncaknya pada tahun 2023 lalu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, pada tahun 2020, negara ini mampu memproduksi padi hingga mencapai 54,6 juta ton gabah kering giling (GKG).
Angka ini kemudian menurun sebesar 54,4 juta ton gkg pada tahun 2021, dan mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2022 sebesar 54,7 juta ton gkg. Namun, produksi padi mengalami penurunan drastis dan sangat signifikan pada tahun 2023 yakni hanya mencapai 53,9 juta ton gkg. Adapun selama penurunan maupun kenaikan produksi padi Indonesia dari 2020-2024 sebagian besar daerah penghasil beras masih didominasi oleh beberapa provinsi di pulau Jawa dan Sumatera.
Dilansir dari finance.detik.com, Indonesia menempati urutan keempat sebagai salah satu negara dengan produksi beras terbesar di dunia pada tahun 2023. Indonesia berhasil memproduksi padi mencapai 34,3 juta ton metrik, hanya selisih sedikit dari Bangladesh, yang menempati peringkat ketiga, dengan produksi padi sebanyak 35,5 juta metrik ton.
Melihat hal ini, tentunya tidak menutup kemungkinan Indonesia dapat membalap peringkat negara-negara lain. Dikutip dari voaindonesia.com, Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri menargetkan bahwa Indonesia dapat memproduksi 35 juta metrik ton padi pada tahun 2024 ini.
Usaha-usaha Pendukung Produksi Padi Indonesia
Menyikapi hal ini tentunya Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan beberapa tindakan sebagai usaha untuk mengembalikan total produksi padi Indonesia seperti sedia kala. Usaha-usaha tersebut antara lain:
- Menargetkan kenaikan produktivitas padi menjadi 5,4 hingga 5,7 ton tiap hektare,
- Meluncurkan sistem asuransi pertanian,
- Melakukan optimalisasi terhadap alat mesin pertanian yang telah tersedia,
- Melakukan penyuluhan pertanian lapangan,
- Memastikan kesediaan pupuk subsidi dan komersial di pasaran.
Tantangan Lapangan
Fakta bahwa produksi padi Indonesia dari 2020-2024 mengalami penurunan merupakan sebuah bukti bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam hal produksi padi. Tantangan-tantangan tersebut antara lain adalah:
- Kenaikan harga pupuk dan pestisida yang tidak dibarengi dengan naiknya harga jual padi,
- Terjadinya perubahan iklim yang juga ikut mempengaruhi musim tanam padi,
- Kurangnya perhatian pemerintah terhadap serangan hama serta penyakit padi yang masif,
- Masih banyaknya petani yang memilih menggunakan sistem tradisional daripada teknologi modern,
- Sistem irigasi serta infrastruktur yang masih buruk dan belum merata,
- Sedikitnya biaya serta terbatasnya modal dari para petani lokal,
- Kurangnya koordinasi dalam manajemen serta pengelolaan hasil panen padi, dan
- Semakin sedikitnya minat akan profesi petani padi.
Demikianlah sekilas mengenai penurunan produksi padi Indonesia dari 2020-2024. Berdasarkan penurunan yang telah dialami dalam 4 tahun terkahir, dapat disimpulkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Akan tetapi hal ini terhambat karena kurangnya perhatian dari elemen-elemen yang terlibat di dalamnya.
Melalui berbagai inovasi, teknologi, serta kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat dan petani, tentunya, tidak akan menutup kemungkinan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu lumbung padi dunia.
Penulis: Jelita Putri Wardhani