Garudanetwork – Berita perselingkuhan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kerap mewarnai timeline sosial media akhir-akhir ini. Korbannya lagi-lagi seorang wanita, seorang ibu. Bertahan karena anak sudah bukan lagi pilihan dan perceraian adalah satu-satunya jalan keluar.
Tentu tidak mudah setelah membangun rumah tangga bertahun-tahun harus berakhir di meja hijau Pengadilan Agama. Dunia seolah runtuh karena apa yang sudah diperjuangkan berakhir sia-sia.
Sebuah keputusan besar yang merugikan siapa saja tak hanya suami-istri, melainkan juga materi dan mental anak-anak. Tak hanya itu, perceraian juga menimbulkan kerugian mental bagi wanita yang bercerai karena perselingkuhan atau kekerasan.
Berikut tips bagi kamu yang baru saja bercerai, dari Ann Gold Buscho, Ph.D., 2020, seorang psikolog keluarga:
Ambil Waktu untuk Diri Sendiri
Tak dapat dipungkiri jika perceraian adalah fase kritis kehidupan. Pasca perceraian, ambilah waktu untuk diri sendiri, setelah selama ini selalu meluangkan waktu untuk keluarga. Titipkan anak-anak pada orang yang dapat dipercaya dan ambil waktu untuk bersenang-senang entah dengan teman atau sahabat.
Selesaikan Emosi dengan Konselor Profesional
Fase duka setelah perceraian membuat seseorang sukar memaknai emosi yang dirasakan, entah marah, cemas, kecewa dan lain-lain. Segera hubungi psikolog keluarga terdekat atau jika sudah mulai mengancam diri sendiri, segera ke psikiater untuk mendapat penanganan yang tepat.
Carilah terapis yang berpengalaman dalam pengobatan trauma, seperti EMDR, brainspotting, tapping, dll. Latihan teknik menenangkan seperti bernapas dalam-dalam atau gunakan aplikasi yang sangat direkomendasikan.
Fokus Pada Anak
Fokuslah pada anak-anak. Pergi ke kaki gunung untuk menghirup udara segar atau ke pantai untuk menikmati angin laut, dapat membantu menyembuhkan trauma perceraian. Selain itu, berlibur dengan anak-anak dapat meningkatkan hubungan antara ibu dan anak yang mungkin sempat berantakan selama masa kritis pernikahan dengan mantan suami.
Luangkan waktu setiap hari untuk bertukar cerita dengan anak, mendongeng sebelum mereka tidur atau memeluk dan ungkapkan perasaan cinta ke anak-anak dapat menurunkan tekanan darah ibu, sekaligus memupuk kembali rasa nyaman pada anak-anak.
Fokus Pada Masa Depan Bukan Masa Lalu
Saatnya menyibukkan pikiran dengan “what’s next?” daripada masih memikirkan masa lalu. Ingat, perceraian yang terjadi bukan salah wanita saja. Apalagi jika dulunya selalu mendapat tekanan batin dari kekerasan verbal maupun non verbal dan juga perselingkuhan.
Mulai pikirkan apa yang akan anda lakukan besok, lusa, dua bulan mendatang atau lima tahun kemudian dan terus bergerak menuju tujuan itu.
Bangun Kembali Rasa Percaya Diri
Perceraian akibat KDRT dan perselingkuhan kerap kali menimbulkan hilangnya rasa percaya diri pada seorang wanita. Tak sedikit wanita yang merasa dirinya tidak lagi berguna karena diselingkuhi atau disakiti.
Kembali bangun rasa percaya diri sebagai identitas pribadi yang utuh, bukan insan yang rapuh. Merawat diri ke salon kecantikan, memperluas relasi dengan bergabung kelas yoga, jelajahi minat baru hingga belajar meditasi adalah cara yang tepat untuk melangkah maju.
Tak ada pasangan yang menginginkan perceraian atas sebuah pernikahan. Namun, jika kondisi hubungan tidak sehat seperti kekerasan dan perselingkuhan, perceraian adalah jalan terakhir yang harus ditempuh.
Meski marah dan kecewa pada mantan pasangan namun Ann mengingatkan bahwa pengampunan membuka pintu menuju penyembuhan.
Cobalah untuk memaafkan diri sendiri, mantan pasangan dan keadaan atas apapun yang diyakini sebagai sebab perceraian. Serta kembalikan segara duka, kecewa dan harapan kepada Tuhan satu-satunya pertolongan.
Penulis: Alfinia