Garudanetwork – Jika kembali ke masa sebelum tahun 1910, Lirboyo awalnya adalah sebuah wilayah kecil yang ditinggali oleh para penyamun dan perampok. Hingga akhirnya seorang ahli ulama asal Magelang bernama KH Abdul Karim tiba untuk menyebarkan agama Islam di kawasan tersebut.
Dilansir dari laman kel-lirboyo.kedirikota.go.id, KH Abdul Karim menikah dengan Nyai Khodijah, putri dari Kyai Sholeh Banjarmelati. Setelah sang istri melahirkan putri pertama mereka yang diberi nama Hannah, KH Abdul Karim pun memboyong seluruh keluarganya ke Desa Lirboyo pada tahun 1910.
Bukan tanpa sebab, kepindahan KH Abdul Karim sekeluarga ini diprakarsai oleh mertuanya sendiri dan adanya permohonan dari Kepala Desa Lirboyo, agar wilayah yang selama ini terkenal angker dan dipenuhi dengan kejahatan menjadi desa yang aman, teduh dan dirahmati oleh Tuhan semesta alam.
Setibanya di Lirboyo, KH Abdul Karim pun mengumandangkan adzan dan sejak saat itu desa yang awalnya angker, sarang penyamun dan perampok menjadi desa yang penuh kedamaian. Bahkan disebutkan kedatangan KH Abdul Karim di Lirboyo pertama kali membuat warga sekitar tak dapat tidur semalaman karena kumandang adzan membuat jin dan makhluk halus pergi dari desa tersebut.
Namun perjuangan KH Abdul Karim beserta istri menyebarkan agama Islam bukan tanpa rintangan. Sebanyak 41 keluarga yang sudah lama menempati desa tersebut menolak kedatangan mereka. Tak sedikit warga yang mengusik keluarga sang kyai. Bahkan gangguan tidak hanya datang dari warga melainkan juga makhluk tak kasat mata yang berkuasa di Desa Lirboyo.
Hari demi hari sang kyai beserta istri menyikapi gangguan warga dengan kesantunan beliau. Sikap tenang KH Abdul Karim dalam menerima cacian membuat warga sekitar yang awalnya benci menjadi simpati. Pelan tapi pasti, warga pun mulai menerima ajaran Islam dan merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Setelah 35 hari mendiami desa tersebut, KH Abdul Karim membuka surau kecil dan menerima santri pertamanya bernama Umar asal Madiun. Berkat kegigihan beliau, santrinya pun semakin banyak hingga akhirnya ia mendirikan pondok pesantren. Kini Ponpes Lirboyo menjadi salah satu pondok pesantren terbesar di Indonesia dan banyak melahirkan tokoh keagamaan ternama.
Tumbuh dan besar di era Kolonial Hindia-Belanda hingga Jepang, Ponpes Lirboyo juga memiliki peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tak sedikit santri yang berjuang bersama pahlawan lain dan gugur di medan perang, terutama pada peristiwa pertempuran 10 November di Surabaya.
Penulis: Alfinia