Garudanetwork – Ramai di media sosial, sekolah Kristen Petra ditarik iuran keamanan untuk biaya satpam oleh warga setempat hingga ratusan juta per bulan.
Sekolah yang ditarik iuran keamanan oleh warga tersebut merupakan SMP Kristen Petra 3 dan SMA Kristen Petra 2 Surabaya yang beralamat di Jalan Raya Manyar Tirtosari, Kecamatan Sukolilo yang masuk dalam kompleks perumahan Tompotika, Surabaya.
Perselisihan antara warga setempat dengan pihak sekolah Kristen Petra ini memanas saat Wakil Wali Kota Surabaya Armuji melakukan proses mediasi dan diunggah ke akun media sosial pribadinya.
Yang membuat publik merasa heran, uang iuran yang dipatok oleh warga kepada pihak sekolah cukup fantastis, yakni senilai Rp 32 juta per RW per bulan. Padahal, sekolah tersebut berada di lingkungan empat RW (04, 05, 06, dan 07). Artinya, total iuran keamanan yang harus dibayar oleh sekolah mencapai ratusan juta per bulan.
Kedua pihak makin memanas ketika pihak sekolah memutuskan untuk menolak melakukan pembayaran usai adanya kenaikan yang semula dari Rp 25 juta menjadi Rp 32 juta.
Sebenarnya, pihak sekolah Kristen Petra Surabaya sempat melakukan pembayaran ke setiap RW dengan nominal Rp 32 juta per bulan sejak Januari 2024. Di sisi lain, sekolah menduga adanya ketidakvalidan laporan keuangan yang diberikan oleh warga.
“Kami menawarkan 100 juta per bulan untuk empat RW. Setelah adanya kenaikan, kami tidak percaya dengan perhitungan bapak ibu (warga) ini,” kata pihak sekolah.
Tak berhenti disitu, pihak sekolah mengaku kerap mendapat ancaman penutupan jalan masuk dan keluar sekolah jika tidak segera melakukan pembayaran. Belum lagi, BPJS untuk satpam keamanan perumahan juga ditanggung oleh pihak sekolah.
“Bayangkan, untuk bayar BPJS tidak langsung ke bapak ibu tetapi ke satpam. Setelah kami tanya tidak dibayarkan malah untuk beli rokok,” ungkap pihak sekolah.
Sebelumnya, masalah ini sempat bergulir ke meja Komisi C DPRD Surabaya. Hasilnya, Dishub Surabaya akan mengatur rekayasa lalu lintas di lingkungan perumahan warga agar tidak terjadi kemacetan.
Perlu diketahui, warga mengeluhkan adanya kemacetan yang selalu terjadi saat jam berangkat dan pulang sekolah SMP dan SMA Kristren Petra Surabaya di lingkungan mereka.
Namun, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji menekankan adanya ketidaksepakatan iuran antara warga dan sekolah. Warga menegaskan, iuran keamanan tersebut digunakan untuk gaji satpam.
“Kami ada empat RW yang mana ada pembendaharaan keamanan. Uang itu dimasukkan untuk membiayai satpam di sini, karena hampir lima tahun nggak pernah naik jadi kami naikkan,” jelas salah satu perwakilan warga.
Terkait kemacetan dan ancaman penutupan jalan, warga menyebut jika pihak sekolah tidak sepakat, maka sekolah diminta untuk membuat jalan sendiri di luar wilayah empat RW perumahan Tompotik.
“Mengenai jalan, kalau Petra nggak mau monggo buat jalan sendiri,” pungkasnya.
Masalah perselisihan antara warga dan sekolah Kristen Petra di Surabaya yang ramai ini kini belum menemukan titik terang. Sebab, keduanya memilih akan melakukan penyelesaian di meja DPRD Surabaya.
Penulis: Izzatun Najibah